Kajang adalah suku yang berada di kabupaten Bulukumba Sulawesi Selatan. Namun perlu diketahui, kajang di bagi dua yaitu kajang dalam (ammatoa) dan kajang luar (orang-orang yang berdiam di sekitar suku kajang yang relative modern). Daerah kajang luar adalah daerah yang sudah bisa menerima peradaban teknologi seperti listrik, berbeda halnya dengan kajang dalam yang tidak dapat menerima peradaban, itulah sebabnya di daerah kajang dalam tidak ada listrik. Apabila kita ingin masuk ke daerah kawasan ammatoa kita tidak di perbolehkan memakai sandal ataupun kendaraan dan harus menggunakan pakaian berwarna hitam.
Daerah Kajang (ammatoa) juga terkenal dengan hukum adatnya yang sangat kental dan masih berlaku hingga sekarang. Mereka menjauhkan diri dari segala sesuatu yang berhubungan dengan modern tidak hanya itu mereka juga tidak menggunakan kompor gas seperti masyarakat biasanya tetapi melainkan mereka menggunakan kayu bakar untuk alternatife masak – memasak. Warga masyarakat dari suku ammatoa menggunakan warna hitam sebagai sebuah warna adat yang kental akan kesakralan. Warna hitam mempunyai makna bagi mayarakat ammatoa sebagai bentuk persamaan dalam segala hal, Menurut kepercayaan warga ammatoa warna hitam menunjukkan kekuatan, kesamaan derajat bagi setiap orang di depan sang pencipta.
Ada banyak mitos tentang suku kajang ammatoa
1. Dilarangan membuat rumah dengan bahan dari batu bata.hal ini adalah pantang (pamali) bagi mereka karena hanya orang mati yang berada didalam liang lahat yang diapit oleh tanah. Rumah yang bahan bakunya dari batu bata meskipun pemiliknya masih hidup namun secara prisip mereka dianggap sudah tiada atau dalam bahasa kasarnya telah mati, karena sudah dikelilingi oleh tanah
2. Menurut mitos masyarakat disana, burung kajang adalah cikal bakal manusia yang dikendarai oleh To Manurung sebagai Ammatoa maka dari itulah daerah tersebut disebut dengan “SUKU KAJANG”
3. Jika ada orang luar yang masuk ke dalam wilayah suku kajang, serta tidak meminta izin lalu melakukan hal-hal yang tidak wajar maka akan di kenakan doti(guna-guna) pada orang tersebut.yang dapat menimbulkan sakit yang berkepanjangan, bahkan kematian pada orang tersebut.
Keanehan lain juga terdapat pada tempat tinggal meraka yaitu rumah,rumah adat suku Kajang berbentuk rumah panggung, tak jauh beda bentuknya dengan rumah adat suku Bugis-Makassar. Bedanya, setiap rumah dibangun menghadap ke arah barat. Membangun rumah melawan arah terbitnya matahari dipercayai mampu memberikan berkah.
Comments
Post a Comment